Sumber: www.google.com Cerpen, Setaranews.com - Namaku Humaira. Hari ini merupakan hari pertamaku bersekolah di SMK FARMASI MUHAMMAD...
Sumber: www.google.com |
Cerpen, Setaranews.com - Namaku Humaira. Hari ini merupakan hari pertamaku bersekolah di SMK FARMASI MUHAMMADIYAH 2 CIREBON. Kenapa aku memilih farmasi, karena menurutku setelah lulus nanti farmasi lah pekerjaan yang paling menjanjikan dan merupakan salah satu keinginan kedua orang tuaku.
Waktu sudah menunjukan pukul 09.30 wib,
bel istirahat pun berbunyi nyaring
“Ra, mau ke kantin nggak?” tanya Sila
“Boleh, yuk”, ajak ku
“Emang kamu mau makan apa?” tanya Sila
“Batagor siomay, kalo kamu sil?” tanya
ku
“Aku juga mau deh” kata Sila
Saat menuju meja kantin untuk menyantap
batagor siomay tiba-tiba… Brughh…
“Aww…” pekik ku yang jatuh tersungkur
“Ehh sorry sorry gue nggak liat” kata
laki-laki dengan penampilan baju seragam dikeluarkan, rambut berantakan dan
ditambah dengan kalung panjang yang menghiasi lehernya
“Ra makanan kamu tumpah tuh” kata Sila
sambil memapahku duduk.
“Sekali lagi sorry ya, gue bener-bener
nggak liat. Nih gue ganti” kata laki-laki itu sambil menyodorkan uang Rp 20.000
“Nggak perlu, aku udah nggak laper kok”
kata ku
“Nggak papa ambil aja, gue jadi nggak
enak” katanya
“Nggak makasih. Ayo sil” kata ku sambil
menarik lengan Sila untuk pergi dari kantin.
“Ra” panggil Sila saat kami sedang
membaca buku di perpustakaan
“Iya Sil?” jawab ku
“Aku boleh tanya sesuatu?” tanya Sila
“Boleh, tanya aja Sil” kata ku
“Waktu kejadian di kantin, kamu jutek
banget sama kak Ridho, kamu marah ya Ra?” tanya Sila
“Ohh yang tadi nabrak aku namanya kak
Ridho?” tanya ku
“Iya dia kelas XI. Banyak yang bilang
orangnya baik, humble, tapi sedikit jail gitu” jelas Sila
“Baik kok jail sih Sil?” kata ku
“Hehehe nggak tau juga itu kan kata
orang-orang” jawab Sila
“Ke kelas yuk, sebentar lagi masuk” ajak
ku
“Yuk..ehh tapi kamu belum jawab
pertanyaan ku Ra” protes Sila
“Soal kak Ridho?” tanya ku
“Iya, kamu marah?”
“Marah sih nggak, Cuma menurutku dia
orangnya kurang baik, kaya brandal gitu lah Sil” jawab ku
“Tapi tadi dia mau gantiin siomay kamu
kan Ra, berarti dia orang baik dong?” tanya Sila
“Iya sih Sil, tapi aku nggak mau
deket-deket ah takut kena masalah hehehe”kata ku
“Emang kak Ridho mau deket-deket sama
kamu? Kamu mah GR Ra” kata Sila
mengejek
“Ihh.. apaan sih Sil” kataku sambil
mencubit lengannya
“Aww sakit atuh Ra” kata Sila meringis
Kami menyususri koridor sekolah yang
cukup sepi, karena jarang sekali ada anak yang mau membaca buku saat jam
istirahat.
“Ssttt sstt”
“Ra kamu denger suara desisan
nggak?”tanya Sila
“Iya Sil denger” kataku sambil merapikan
buku yang aku pinjam dari perpustakaan
“Jangan-jangan hantu….” Kata Sila seraya
lari terbirit-birit meninggalkan ku
“Ehh Sil tungguin aku” teriak ku
“Mana ada sih hantu siang bolong begini”
lanjutku. Tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tangan ku sontak aku menutup
mata dan berteriak
“Aaaa…” kata ku
“Hustt jangan teriak-teriak”kata nya
Aku pun membuka mata
“Kak Ridho?” kata ku
“Kamu udah kenal aku? Padahal baru aja
mau kenalan” kata kak Ridho
“Ridho Abigail Firmansyah” lanjutnya
sambil mengulurkan tangan
“Humaira Azzahra Maulidya” kata ku
menyambut uluran tangannya
“Nama yang bagus” puji kak Ridho
“Makasih kak” kata ku
“Panggil Ridho aja, oh iya ini uang buat
ganti siomay kamu” kata kak Ridho seraya menyodorkan uang Rp 20.000
“Nggak usah kak. Makasih” tolak ku
“Ihh..nggak papa ambil aja” sambil
memberikan ditelapak tangan kanan ku
“Tapi kak..”
Kringg bel masuk pun berbunyi nyaring
“Tuh udah masuk, aku antar sampai ke
kelas ya, nggak baik perempuan jalan di koridor yang sepi sendirian” katanya
sambil berjalan disampingku
“Ngmong-ngomong kamu suka baca buku?”
tanya kak Ridho
“Iya suka”
“Terus suka apa lagi?” tanya kak Ridho
“Masak, menulis” jawab ku seadanya
“Kalo sama aku suka nggak?” tanya kak
Ridho. Reflek aku berhenti berjalan
“Kenapa berhenti? Aku Cuma bercanda
kali” katanya sambil tertawa “ayo jalan lagi” ajaknya
Kami menyusuri koridor yang cukup sepi dengan saling bungkam. Hingga..
“Aku boleh tanya sesuatu?” tanya kak
Ridho
“Iya boleh” jawab ku
“Nama panggilan kamu siapa?”
“Ira atau ra” jawab ku
“Kalo aku panggil Zahra boleh?” aku pun
mengangguk meng-iyakan
“Yaudah, udah sampe tuh kelas kamu” kata
kak Ridho
“Eh iya, makasih kak” kata ku sambil
berjalan masuk ke kelas
“Zahra..” panggil kak Ridho. Aku yang
berada diambang pintu terpaksa memutar tubuhku
“Iya kak” jawabku
“Sekarang kita berteman kan?” tanya kak
Ridho seraya mengulurkan tanganya
“Maaf kak aku nggak mudah berteman
dengan orang baru” kata ku seraya masuk ke dalam kelas meninggalkan kak Ridho
“Baiklah.. aku akan membuat kamu dan aku
menjadi kita” kata kak Ridho lalu pergi menuju kantin
~ Di kantin..
“Do, kemana aja sih lu baru keliatan”
tanya Deni
“Iya nih sejak kapan sih lo sibuk”
tambah Riko
“Biasa urusan hati” jawab ku
“Dapet cewek lu? Siapa?” tanya Riko
“Kenalin do” tambah Deni
“Apaan sih lo berdua, rusuh” kata ku
lalu mengambil gitar dan mulai memetik nya. Ku senandungkan sebait lagu yang
mewakili perasaan ku.
“Jantung ku berdetak saat engkau ada
didekatku… mengkin kah diriku telah jatuh cinta pada dirimu..”
“Aseekkk serrr hobah” kata Riko dan Deni
kompak sambil berjoged ria
“Rusak suasan deh kalian” kata ku sambil
membakar ujung rokok lalu menghisapnya dalam-dalam
“Lagi kasmaran sama siapa sih lu?” tanya
Deni
“Azzahra” jawab ku
“Whatt? Azzahra!” tanya Riko
“Nggak usah lebay deh lo” kata ku
“Serius lu sama Azzahra?” tanya Deni
“Iya, emang nggak boleh?” tanya ku
“Boleh sih, kan cinta nggak bisa
dipaksakan” kata Riko yang disambut tepuk tangan oleh Deni
“Nah tu tau” jawab ku seraya menghisap
rokok
“Bukannya lo pernah bilang Azzahra bukan
tipe lo?” tanya Deni
“Hah? Kapan gue bilang?” kata ku
“Azzahra anak XI B kan?” tanya Deni
“Oalahh bukan sayang” kata ku sambil
meneloyor kepala Deni dan Riko
“Jijik” kata Riko sambil meneloyor balik
kepalaku
“Lah terus Azzahra yang mana?” tanya
Deni sambil membuang puntung rokoknya
“Gue lupa ngasih tau kalian, nama
lengkapnya Humaira Azzahra Maulidya anak kelas X A” jelasku
“Oalahh ade kelas to” kata Riko
“Si Ridho sukanya yang dede-dede” kata
Deni yang dibalas gelak tawa oleh Riko
“Ehh sialan lo” kataku lalu bangkit dari
duduk
“Mau kemana lo?” teriak Deni
“Masjid ngadem, gerah gue deket kalian
berdua” kataku lalu melenggang pergi.
Sesampainya di masjid, gue liat banyak
banget murid yang sedang mengantri untuk wudhu.
“Sekarang belum masuk waktu dhuhur kok
udah pada ngantri wudhu sih”tanyaku pada diri sendiri
“Kak Ridho” sapa seseorang
“Eh iya, siapa ya?” tanya ku
“Aku Sila anak kelas X A, temenya Ira”
jelasnya
“Oh iya temenya Ira ya” kataku
“Kak Ridho mau sholat dhuha?” tanya Sila
“Eh iya” kataku kikuk sambil menggaruk
belakang kepala ku yang tak gatal. Padahal tujuan ku ke masjid kan mau ngadem,
batinku
“Bay the way, kelas X kok pada ngumpul
di masjid?”
“Soalnya ada praktek sholat subuh kak,
didalam juga ada Ira” jelas Sila.
“Ohh gitu, yaudah gue mau ambil wudhu
dulu” kata ku lalu pergi menuju tempat wudhu.
“Sil kamu kemana aja sih, tuh namamu
udah dipanggil pak Burhan” kata Ira.
“Eh iya maaf Ra, tadi aku ketemu kak
Ridho jadi ngobrol sebentar deh” jelas Sila.
“Ngapain kak Ridho kesini?” tanya ku.
“Ya mau sholat lah Ra” jelas Sila.
“Sholat dhuha maksudmu?” tanya ku.
“Iya lah, yaudah aku ke pak Burhan dulu”
kata Sila lalu pergi masuk kedalam masjid.
Dia rajin sholat dhuha? beda banget sama
penampilannya. Ehh astagfirullah Ira, batinku.
Bel pulang sekolah pun berbunyi nyaring.
Seluruh siswa berhamburan keluar kelas bak burung yang bebas dari sangkarnya.
“Ra kamu pulang naik apa?” tanya Sila
“Mungkin angkot” jawab ku
“Yakin ini udah sore loh. Aku pesenin
ojek online aja ya” tawar Sila
“Nggak usah Sil, makasih” kata ku
“Yaudah aku duluan ya Ra, udah dijemput”
pamit Sila
“Iya Sil hati-hati”
Aku pun membereskan semua buku dan alat
tulis lalu memasukannya ke dalam ranselku.
Baru 15 menit berlalu, keadaan sekolah
sudah sangat sepi. Aku pun mempercepat langkah ku menuruni anak tangga. Sial
tali sepatuku lepas, aku pun bejongkok untuk membereskannya. Saat ingin
berdiri..
“Dorr!!”
“Astagfirullah kak Ridho” kataku kaget
“Hehehe kaget ya” tanya kak Ridho sambil
tertawa. Aku menatapnya sinis, lalu mempercepat langkahku.
“Ehh Za tungguin aku” kata kak Ridho
sambil menarik pergelangan tangan ku. Aku langsung menepisnya
“Kok kamu belum pulang sih?” tanya kak
Ridho yang berjalan disampingku
“Ini mau pulang” jawab ku ketus
“Di jemput?” tanya kak Ridho lagi
“Nggak naik angkot” jawab ku
“Mana ada sih Ra angkot jam segini. Kalo
mau naik angkot tu pas bel pulang langsung pulang jangan malah betah di
sekolah” oceh kak Ridho
“Pulang bareng aku mau?” tawar kak Ridho
“Nggak makasih” kata ku lalu pergi
menuju halte untuk menunggu angkot.
20 menit lamanya aku menunggu di halte
tak ada satu pun angkot yang terlihat. Suara gemuruh pertanda hujan akan turun
pun bersahutan.
Motor Vario putih berhenti dihadapanku.
Seseorang menggunakan helm full face pun turun.
“Belum pulang?” tanya kak Ridho sambil
membuka helmnya
“Lihatnya sih?”jawab ku
“Udah ada angkot yang lewat” tanya kak
Ridho lagi. Aku pun menggeleng sebagai jawaban
“Aku temenin ya” kata kak Ridho lalu
duduk disamping ku. Suara gemuruh terdengar lagi kali ini disertai gerimis yang
lama kelamaan menjadi hujan deras.
“Kenapa kakak nggak pulang aja”teriak ku
disela-sela hujan
“Kan lagi hujan, kalo aku sakit gimana”
jawab kak Ridho
“Terserah kan bukan urusa aku” kata ku
dengan suara sekecil mungkin
“Hujan angin nih, kamu kedinginan
enggak?” tanya kak Ridho
“Nggak” jawabku sambil memainkan ponsel
Kak Ridho melepaskan jaketnya dan
memakaikannya ditubuh ku.
“Udah dipake aja, sini hanphone nya”
pinta kak Ridho
“Bua tapa?” tanya ku
“Sini, nggak baik main hanphone saat
hujan” kata kak Ridho seraya mengambil hanphone dari tangan ku. Aku hanya diam.
“Asal kamu dari mana?” tanya kak Ridho
“Dari Rahim ibu” jawab ku asal
“Hehehe garing tau nggak, maksudku
daerah asal kamu sebelum pindah ke Cirebon dimana?” tanya kak Ridho
“Magelang, jawa tengah” jawab ku
“Jauh juga ya, terus pindah kesini
kenapa?” tanya kak Ridho
“Papa pindah tugas” jawabku
“Ohh berarti kalo papa mu pindah tugas
lagi, kamu bakalan pindah sekolah?”
“Iya mungkin”
“Nih ya kalo aku jadi kamu, aku bakalan
tetap di Cirebon” kata kak Ridho
“Alasannya?”
“Pertama, aku udah dewasa, kedua, males
lah kalo masuk sekolah baru lagi harus perkenalan, belum lagi harus nyari temen
dan yang ketiga di Sekolah kan aku udah nemuin siapa belahan hatiku” kata kak
Ridho sambil menatapku dalam
“Kak hanphone ku” jawabku memutus kontak
matanya
“Nanti hujannya belum reda” kata kak
Ridho seraya berdiri dari duduknya
“Kak Ridho mau kemana?” reflek aku
menanyakan itu
“Kenapa? Takut ditinggal ya?” goda kak
Ridho seraya menaik-turunkan alisnya
“Aku mau nyari warung, mau ngerokok”
lanjutnya
“Udah disini aja” kataku yang memang
takut ditinggal sendirian
“Nggak enak lah sama kamu, nanti
keganggu lagi”
“Kakak ngerokok diujung sana, biar
asapnya nggak ke aku” kataku sambil menunjuk bangku yang paling ujung
“Oke baiklah” kata kak Ridho seraya
menuju bangku yang paling ujung
Kak Ridho mulai mengeluarkan sebatang
rokok dari saku celananya, membakar ujungnya dan menghisapnya dalam-dalam.
Kenikmatan itu yang ku lihat. Walau dia anak farmasi dan tau zat berbahaya yang
dikandung rokok, tetap aja ngerokok, aneh. Batinku
“Ekhem.. ngeliatinnya sampe begitu
banget, awas suka loh” kata kak Ridho membuyarkan lamunanku
“Hujannya udah reda, aku mau pulang”
kata ku bangkit dari duduk dan melepas jaket milik kak Ridho
“Ehh nggak usah dilepas dipake aja,
sebentar aku panasin motor dulu” kata kak Ridho
“Nih pake helmnya” lanjutnya
“Aku naik ojek online aja kak” tolak ku
“Tadi ditinggal di halte takut,
sok-sokan mau naik ojol lagi” cibir
kak Ridho
“Kak mana hanphone aku” tagihku
“Pake dulu helmnya baru aku kasih”
“Udah, sini hanphonenya” kataku yang
sudah memakai helm
“Nih, ayo naik” kata kak Ridho
Motor pun melaju dengan kecepatan
sedang, membelah jalanan yang cukup sepi akibat hujan.
Setelah kurang lebih 20 menit menempuh
perjalanan, akhirnya kami sampai dihalaman rumahku.
“Aku pulang ya Za, abis ini langsung
tidur. Oiya masalah jaket di kamu aja dulu, takut nanti malem kamu kangen aku
kan bisa peluk jaketku” oceh kak Ridho. Aku hanya menanggapi dengan anggukan.
Waktu sudah menunjukan pukul 11.30
malam. Namun mataku menolak untuk terpejam. Kejadian di Sekolah bahkan di Halte
terus berputar dikepalaku. Hingga tanpa sadar senyum pun terbit diwajahku.
Sinar matahari pagi menyelinap dari
sela-sela gorden kamarku. Mengusik tidur ku yang nyenyak.
Suara dering ponselku pun berbunyi
nyaring
“Sila? Kenapa pagi-pagi gini nelfon? Ini
kan weekend” tanya ku pada diri sendiri. Aku pun mengulirkan tombol hijau.
Menjawab panggilan Sila.
“Halo Sil?”
“Halo Ra? Ra kak Ridho” kata Sila sambil
terisak
“Sil kamu kenapa? Kak Ridho? Dia emang
kenapa?” tanya ku bingung
“Kak Ridho masuk Rumah Sakit, dia
kecelakaan tadi malam Ra” jelas Sila
“Hah? Kamu serius Sil? Tadi malam dia
nganterin aku pulang Sil” kata ku yang tak kalah panik
“Ra, kita ke Rumah Sakit yuk, nanti aku
kirim alamatnya ya” kata Sila
Kami pun tiba di Rumah Sakit Bhineka
Tunggal. Kamar no. 273 dimana kak Ridho dirawat. Berbagai macam selang pun
menempel ditubuhnya.Kak Deni dan kak Riko pun berada disana.
“Kak gimana kejadiannya sampai kak Ridho
bisa dirawat disini?” tanya ku
“Tadi malam waktu aku lewat jalan
Fatahillah buat nyari makan, tiba-tiba dari arah Sumber ada suara ribut-ribut
aku kira kan anak pada nongkrong berhubung ini malam minggu. Tapi lama kelamaan
warga pada teriak ambulance- ambulance, aku penasaran waktu aku liat ternyata
itu Ridho. Aku tanya sama warga, ternyata Ridho ketabrak truk ugal-ugalan terus
truknya kabur” jelas kak Deni
Aku yang mendengar penuturan kak Deni
tak dapat mengendalikan diri. Tangis ku pecah seketika. Seolah semesta
menyalahkan ku, akulah sebab dari kecelakaan ini.
“Kak ini semua salah aku, coba aja kalau
kak Ridho nggak nganterin aku pulang” kata ku sambil terisak
“Disini nggak ada yang salah Ra. Ini
semua kecelakaan” tegas kak Deni
Setelah satu minggu berlalu, kak Ridho
masih harus dirawat di Rumah Sakit. Tanganya masih harus digips karena patah
tulang.
“Za kita ke taman yuk, bosen aku di
kamar terus” rengek kak Ridho
“Yuk, tapi kak Ridho pake kursi roda ya”
kataku
“Aku bukan anak kecil Za” tolaknya
“Tapi kata dokter tubuh kakak masih
lemah, yaudah kalo nggak mau juga nggak papa” kata ku ketus
“Iya iya mau” kata kak Ridho
Suasana taman Rumah Sakit lumayan ramai.
Banyak lampu warna-warni, udara yang sejuk, serta suara gemericik air mancur
yang mampu membuat para pasien merasa lebih rileks. Aku mendorong kursi roda
kak Ridho mengelilingi taman, sesekali kami menyapa para lansia yang sedang
duduk santai ditemani suster jaga.
“Za kita duduk diayunan sana yuk” kata
kak Ridho. Aku pun membawa kursi roda kak Ridho menuju ayunan mini yang
dikelilingi bunga tulip yang indah.
“Makasih ya Za, udah mau temenin aku
keliling taman, udah mau ngejaga aku di Rumah Sakit”kata kak Ridho tulus
“Iya kak sama-sama” balasku
Tiba-tiba..
“Ehh..Za kayaknya aku mau kena serangan
jantung deh” kata kak Ridho seraya memegangi dadanya
“Kak Ridho serius? Yaudah kita balik ke
kamar aja kak” kata ku panik sambil mendorong kursi roda kak Ridho meninggalkan
taman.
“Hahaha.. muka kamu lucu tau Za kalau
lagi panik”kata kak Ridho dengan tawa yang tak kunjung berhenti
“Aku mau kena serangan jantung tuh
gara-gara liat senyum manis kamu Za” gombal kak Ridho
Aku yang semula ingin marah, ketika
mendengar gombalan kak Ridho, entah kenapa hatiku berdesir.. seperti ada aliran
listrik yang menyengat jantungku.
“Hey kenapa senyum-senyum sendiri?”
tanya kak Ridho membuyarkan lamunanku
“Apa sih nggak lucu” sewot ku
“Duhh gitu aja ngambek.. sini-sini
peluk” kata kak Ridho seraya memeragakan gerakan ingin memeluk dengan satu
tangan.
“Udah ah jangan ngambek jelek tau. Nih
bunga mawar, kesukaan kamu kan?”kata kak Ridho seraya memberikan bunga mawar
padaku
“Kakak tau dari mana aku suka mawar”
tanya ku antusias seraya mengambil bunga mawar dari tangan kak Ridho
“Rahasia dong” kata kak Ridho
“Za aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
kata kak Ridho dengan nada serius
“Ngomong aja kak” kata ku seraya
menghirup aroma wangi dari bunga mawar
“Za, nggak tau kenapa semenjak aku kenal
kamu, aku ngerasain suasana baru yang sebelumnya belum pernah aku rasain, aku
nyaman dideket kamu Za” kata kak Ridho seraya mengenggam erat jemariku
“Aku cinta Za sama kamu” lanjut kak
Ridho. Mendengar penuturan kak Ridho aku merasa banyak kupu-kupu yang
mengelitik perutku serta berjuta kelopak bunga yang jatuh dikepalaku. Bahagia
rasanya orang yang aku cintai juga mencintai ku. Belum sempat aku menjawab
pernyataan cinta dari kak Ridho, tiba-tiba hanphone ku berdering nyaring
“Sebentar kak, papa nelfon” kataku lalu
pergi menjauh
Air mataku jatuh, mengalir dengan begitu
derasnya. Aku terpaksa meninggalkan kak Ridho di taman Rumah Sakit sendirian
setelah papa memberitahuku lewat nelfon bahwa esok hari kami akan pindah ke
Wonosobo karena papa pindah tugas lagi.
Aku tidak tega bila harus berpamitan
dengan kak Ridho apalagi setelah perasaan ini tumbuh. Aku yakin kak Ridho pun
tau perasaan ku walau aku tak mengungkapkannya.
~ Dikantin
“Do, ini udah mau satu tahun masa lo
nggak mau move-on dari Zahra lo sih” kata Deni yang memergoki ku masih
menyimpan bunga mawar pemberian ku yang ditinggal Zahra di taman Rumah Sakit
“Gue udah mau move-on Den, tapi Zahranya
yang nggak mau pergi dari otak gue” kata ku
“Itu mah lu nya aja yang alay” cibir
Riko
“Udah yuk, sekarang lo bangun terus ikut
kita” ajak Deni dan Riko seraya merangkul pundaku
“Ehh mau kemana?” tanyaku
“Ada murid pindahan lagi, kali aja dia
itu cewe yang dikirim tuhan buat gantiin posisi Zahra” kata Riko
“Betul tuh do” tambah Deni. Aku hanya
membalas dengan gelengan kepala melihat tingkah kocak kedua temanku. Asal kamu tau Ra, rasa ini tidak
mungkin pudar walau kau tak lagi di sisiku, batinku. Aku pun balik merangkul
pundak Deni dan Riko.
Penulis: Frozen (Nama Pena), SMK Farmasi Muhammadiyah 2 Kedawung Cirebon
COMMENTS